9jqaWlDp0LHHdpl7TKpZWbvxiUYjxermHwnbQ8VS
Bookmark

Dampak Tarif 25% Trump pada Asia: Vietnam yang Paling Terpukul!

Dalam sebuah laporan yang dirilis pada hari Rabu, para analisis strategi dari ING Group menelaah konsekuensi potensial dari kebijakan tarif 25% yang dicanangkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terhadap impor baja dan aluminium, serta dampaknya terhadap dinamika perdagangan di kawasan Asia.

dampak tarif dari presiden amerika terhadap vietnam

Menurut riset ING, Vietnam muncul sebagai negara yang paling kena dampaknya, mengingat ekspor baja dan aluminium ke AS menyumbang sekitar 0,3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut pada tahun 2024. Status Vietnam sebagai hub pemrosesan baja setengah jadi asal China untuk kemudian diekspor kembali, semakin memperkuat kerentanannya terhadap kebijakan ini.

Sementara itu, Korea Selatan juga menghadapi ancaman serupa. Meskipun saat ini negara tersebut masih menikmati kuota ekspor bebas tarif, pengiriman baja dan aluminium ke AS belakangan ini berada di bawah batas maksimum kuota yang telah ditetapkan.

"Kendati belum ada kepastian apakah administrasi Trump akan menghapus sistem kuota ini, Korea Selatan tampaknya masih memiliki ruang untuk negoisasi," demikian yang diungkapkan dalam laporan ING.

Secara lebih luas, kebijakan proteksionisme 'America First' yang diusung oleh Trump diyakini bakal memberikan dampak yang cukup besar bagi negara-negara di Asia Timur Laut, terutama China, Korea Selatan, dan Vietnam, yang selama ini menikmati surplus perdagangan signifikan dengan AS serta sangat bergantung pada permintaan eksternal.

"Hasrat Trump untuk meningkatkan manufaktur domestik, terutama pada sektor teknologi tinggi, diperkirakan akan memberikan tekanan besar bagi ekonomi Asia yang merupakan eksportir utama komponen semikonduktor, kecerdasan buatan (AI), serta produk terkait energi terbarukan," papar para ahli strategi ING dalam laporannya. Jepang dan Taiwan juga masuk dalam daftar negara yang menghadapi risiko lebih tinggi akibat keterlibatan mereka dalam rantai pasokan sektor tersebut.

Sebaliknya, India dan Filipina dinilai memiliki tingkat eksposur yang lebih rendah, mengingat struktur ekonomi mereka lebih bergantung pada konsumsi domestik. Namun demikian, ING memperingatkan bahwa "jika sektor jasa menjadi sasaran kebijakan tarif Trump, industri outsourcing serta layanan perangkat lunak bisa terdampak secara signifikan."

Malaysia, Thailan, dan Indonesia menempati posisi menengah dalam spektrum dampak tarif ini. Peran Malaysia dalam rantai pasokan semikonduktor serta posisi Thailand dalam industri otomotif memberi sedikit perlindungan akibat pergeseran rantai pasokan global baru-baru ini. Sementara itu, sektor kendaraan listrik Indonesia bisa mengalami kerugian akibat potensi pencabutan insentif yang sebelumnya diberikan di bawah Undang-Undang Pengurangan Inflasi.

ING juga menyoroti bahwa ketergantungan ASEAN yang semakin besar terhadap China dapat memperburuk dampak dari tarif ini. Bank tersebut mencatat bahwa pada tahun 2024, China menyumbang hampir 26% dari total impor ASEAN, meningkat signifikan dari hanya 16% satu dekade sebelumnya.

Dari perspektif sektoral, industri elektronik dianggap sebagai sektor yang paling rentan. Kenaikan pangsa Vietnam dalam ekspor elektronik ke AS, yang dipacu oleh Strategi China +1, menempatkannya dalam posisi yang lebih rentan terhadap kebijakan tarif baru. Selain itu, peran Malaysia sebagai pemasok utama sirkuit terpadu ke AS dan Meksiko juga menambah lapisan risiko bagi negara tersebut.

"Asia tidak hanya berfungsi sebagai pemasok utama komponen elektronik menengah bagi AS dan China, tetapi juga bagi Meksiko, meskipun terdapat jarak geografis yang cukup jauh," jelas laporan ING.

Di sisi lain, ASEAN dan India berpotensi mendapatkan keuntungan dari peningkatan arus investasi asing langsung (FDI) dari AS.

ING mencatat bahwa pangsa investasi AS di Asia telah mengalami peningkatan yang cukup mencolok, dengan AS menyumbang "sepertiga dari total arus masuk FDI bersih ke ASEAN pada tahun 2023."

"Fakta ini mengindikasikan bahwa ASEAN memainkan peran sentral dalam strategi diversifikasi rantai pasokan China+1," tambah laporan tersebut.

Sejumlah perusahaan teknologi raksasa AS, seperti Intel (NASDAQ: INTC), Apple (NASDAQ: AAPL), dan Google (NASDAQ: GOOGL), telah memperluas operasional mereka di Vietnam, Malaysia, dan Thailand. Langkah ini berpotensi meredam dampak langsung dari kebijakan tarif yang lebih luas serta membuka peluang bagi negosiasi perdagangan bilateral di masa depan, termasuk kemungkinan perdagangan digital.

Posting Komentar

Posting Komentar