Saham Berjangka AS Mengalami Kenaikan
Pasar saham berjangka Amerika Serikat (AS) mencatat pergerakan positif pada Rabu, di tengah ketidakpastian geopolitik serta menjelang rilis risalah pertemuan terbaru Federal Reserve (Fed). Para investor terus mencermati perkembangan terkait hubungan AS-Rusia, kebijakan perdagangan, serta sinyal dari bank sentral mengenai porspek suku bunga.
Pada pukul 03.33 WIB (08.33 GMT), indeks Dow Futures cenderung stagnan, sementara S&P 500 futures menguat 0,1% atau naik 4 poin. Nasdaq 100 futures juga naik 0,1% dengan tambahan 25 poin.
Para perdagangan sebelumnya, Wall Street berhasil ditutup di zona hijau setelah pergerakan yang cukup fluktuatif. Indeks acuan S&P 500 futures bahkan mencatat rekor tertinggi sepanjang masa. Saham Intel (NASDAQ:INTC) mengalami lonjakan setelah adanya laporan terkait kemungkinan kesepakatan antara Taiwan Semiconductor Manufacturing Co. dan Broadcom (NASDAQ:AVGO) untuk membagi bisnis produksi chip mereka. Sementara itu, saham Constellation Brands (NYSE:STZ) naik setelah perusahaan investasi milik Warren Buffet, Berkshire Hathaway (NTSE:BRKa), mengumumkan penanaman modal baru di perusahaan tersebut.
Meskipun pasar saham AS menunjukkan tren positif, para analis tetap mencatat bahwa ketidakpastian geopolitik dan meningkatnya tensi perdagangan global masih menjadi faktor risiko utama.
"Libur panjang akhir pekan membawa banyak berita, namun setelah ditelaah, tidak ada perubahan besar dalam tren pasar," ungkap analis dari vital Knowledge dalam catatan mereka kepada klien.
Investor Menanti Rilis Risalah Federal Reserve
Salah satu faktor yang berpotensi menggerakkan pasar pada Rabu adalah rilis risalah pertemuan kebijakan terbaru Federal Reserve. Pada pertemuan tersebut, The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga tetap stabil dan mengisyaratkan pendekatan "Wait and See" terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga di masa depan.
Investor berharap bahwa risalah ini dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai pandangan para pembuat kebijakan terkait prospek ekonomi dan suku bunga. Beberapa pejabat The Fed sebelumnya menyatakan bahwa kebijakan tarif perdagangan yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump dapat meningkatkan tekanan inflasi, sehingga perlu diwaspadai dalam pengambilan keputusan suku bunga.
Selain itu, data ekonomi terbaru menunjukkan indikasi kenaikan inflasi, melemahnya sentimen konsumen, serta penurunan penjualan ritel. Bbeberapa anggota FOMC (Federal Open Market Committee) tetap mendukung keputusan mereka untuk menunda pemangkasan suku bunga hingga setidaknya tahun 2024, mengingat inflasi yang masih bertahan di atas target 2% serta ketahanan ekonomi AS yang cukup solid.
Trump Berencana Bertemu dengan Putin
Presiden Donald Trump mengungkapkan pada Selasa bahwa dirinya berpotensi bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, sebelum akhir Februari. Trump menyebut bahwa Rusia ingin mengambil langkah untuk mengakhiri konflik di Ukraina setelah adanya pembicaraan antara perwakilan AS dan Rusia.
Pertemuan yang berlangsung di Arab Saudi menghasilkan janji untuk negosiasi lanjutan. Namun, laporan media menyebutkan bahwa tuntutan Rusia semakin menguat, khususnya terkait sikapnya yang menentang keanggotaan Ukraina di NATO.
Beberapa pengamat menilai bahwa tidak adanya kehadiran Ukraina dalam pembicaraan Riyadh menimbulkan pertanyaan besar. Bahkan, Kanselir Jerman, Olaf Scholz, menegaskan bahwa Ukraina tidak akan meneriman kesepatakan yang dibuat tanpa keterlibatan mereka.
Trump Mendorong Tarif 25% untuk Mobil Impor
Dalam kebijakan perdagangannya, Trump kembali menyatakan rencana penerapan tarif 25% untuk mobil impor ke AS. Selain itu, ia juga mengusulkan tarif baru untuk semikonduktor dan produk farmasi.
Ancaman tarif yang kerap dilontarkan Trump sejak awal masa jabatan keduanya di Gedung Putih semakin memicu kekhawatiran pelaku pasar global. Pekan lalu, Trump menyebut bahwa tarif resiprokal yang luas bisa mulai diberlakukan pada 2 april, tepat sehari setelah tenggat waktu bagi stafnya untuk mempresentasikan proposal tarif besar yang berpotensi mengganggu perdagangan internasional.
\Sebelumnya, Trump juga telah menerapkan bea masuk 10% untuk produk China, serta menetapkan 12 Maret sebagai tenggat waktu untuk pemberlakuan tarif baja dan aluminium. Untuk Kanada dan Meksiko, ia sempat mengumumkan tarif 25%, tetapi akhirnya menundanya setelah menerima konsesi keamanan perbatasan dari kedua negara tersebut.
Para analis dari Capital Economics memperingatkan bahwa pasar mungkin belum sepenuhnya mempertimbangkan dampak proteksionisme Trump. Mereka memprediksi bahwa jika tarif ini diterapkan, maka imbal hasil obligasi Treasury AS serta nilai tukar dolar AS akan meningkat tajam.
X Milik Elon Musk Berupaya Meningkatkan Pendanaan
Sementara itu, platform media sosial X, yang dmiliki oleh Elon Musk, dikabarkan sedang bernegosiasi untuk menggalang pendanaan baru dengan valuasi sekitar 44 miliar dolar.
Laporan dari Bloomberg News mengungkapkan bahwa valuasi ini sejalan dengan harga awal yang dibayarkan Musk ketika mengakuisisi Twitter pada 2022. Namun, sejak rebranding menjadi X, perusahaan mengalami penurunan valuasi akibat eksodus pengiklan dan ketidakpastian dalam model bisnisnya.
Musk sendiri sempat melakukan restrukturisasi besar-besaran, termasuk memangkas sebagian besar karyawan Twitter, terutama di tim moderasi konten. Keputusan ini membuat banyak pengiklan mundur dari platform tersebut. Namun, laporan terbaru menunjukkan adanya lonjakan aktivitas pengguna, terutama setelah pemilihan presiden AS 2024. Investor kini kembali menunjukkan minat terhadap X, terutama setelah Musk mengindikasikan bahwa kondisi keuangan perusahaan mulai membaik.
Dengan berbagai perkembangan ini, pasar saham AS masih menunjukkan daya tahan di tengah ketidakpastian geopolitik dan kebijakan perdagangan yang berfluktuasi. Para investor terus mencermati keputusan The Fed, strategi perdagangan Trump, serta pergerakan pasar teknologi yang dipengaruhi oleh keputusan bisnis dari tokoh seperti Elon Musk.
Posting Komentar