9jqaWlDp0LHHdpl7TKpZWbvxiUYjxermHwnbQ8VS
Bookmark

Neraca Perdagangan Indonesia Agustus 2025: Surplus Naik Jadi USD 5,49 Miliar Berkat Ekspor Nonmigas

Neraca perdagangan Indonesia Agustus 2025 mencatat surplus USD 5,49 miliar. Ekspor nonmigas jadi pendorong utama dengan kinerja tertinggi sejak 2022
neraca perdagangan indonesia

Dilansir dari Investing, neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2025 kembali menorehkan catatan gemilang dengan surplus mencapai USD 5,49 miliar, menanjak dari capaian Juli 2025 yang sebesar USD 4,17 USD. Dari keseluruhan nilai tersebut, surplus sektor nonmigas menembus angka USD 7,15 miliar, menjadi yang tertinggi sejak November 2022, kala itu mencatat USD 6,80 miliar.


Menteri Perdagangan, Budi Santoso, mengungkapkan bahwa pencapaian ini memperpanjang rangkaian surplus perdagangan Indonesia selama 64 bulan tanpa henti sejak Mei 2020. "Indonesia kembali menunjukkan performa luar biasa di Agustus 2025 dengan surplus USD 5,49 miliar, meningkat tajam dibandingkan Juli 2025 yang sebesar USD 4,17 miliar. Bahkan, neraca nonmigas bulan ini mencatatkan rekor tertinggi sejak dua tahun terakhir." ujarnya di Jakarta, Jum'at (3/10/2025)


Secara keseluruhan, periode Januari hingga Agustus 2025 mencatat surplus perdagangan kumulatif senilai USD 41,21 miliar, melonjak dari USD 32,69 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kontributor utama berasal dari surplus nonmigas, terutama melalui perdagangan dengan Amerika Serikat sebesar USD 14,09 miliar, India USD 9,47 miliar, dan Filipina USD 5,81 miliar.


Kinerja ekspor Indonesia sepanjang Agustus 2025 mencapai USD 24,96 miliar, naik 0,87 persen dibanding bulan sebelumnya (month to month) dan tumbuh 5,78 persen dibanding Agustus 2024 (year on year). Peningkatan tersebut digerakkan oleh ekspor nonmigas yang naik 6,68 persen, meskipun ekspor migas mengalami penurunan sebesar 10,88 persen. Secara rinci, ekspor migas tercatat USD 1,07 miliar sementara nonmigas mencapai USD 23,89 miliar.

Menurut Budi, tiga komoditas nonmigas dengan pertumbuhan ekspor paling mencolok di Agustus 2025 adalah bijih logam, perak, dan abu (HS 26) yang meroket 128,61 persen; produk berbasis besi dan baja (HS 73) yang meningkat 52,85 persen; serta bahan kimia anorganik (HS 28) yang menanjak 47,52 persen.

Secara kumulatif, nilai ekspor sepanjang Januari sampai Agustus 2025 mencapai USD 185,13 miliar atau tumbuh 7,72 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Dari nilai total tersebut, ekspor nonmigas menyumbang USD 176,09 miliar, meningkat 9,15 persen. Sektor industri pengolahan masih menjadi penggerak utama dengan kontribusi 79,92 persen, disusul pertambangan 12,73 persen, dan pertanian 2,47 persen.

Jika dibandingkan dengan Januari sampai Agustus 2024, sektor pertanian menorehkan lonjakan tertinggi sebesar 38,25 persen, diikuti industri pengolahan yang tumbuh 16,60 persen. Sebaliknya, ekspor pertambangan justru terkontraksi 24,31 persen. Tiga komoditas nonmigas dengan pertumbuhan ekspor paling pesar selama periode ini adalah kakao dan olahannya (HS 18) yang meningkat 86,52 persen; aluminium dan produk turunannya (HS 76) naik 68,86 persen; serta kopi, teh dan rempah-rempah (HS 09) yang melonjak 58,66 persen.

Negara tujuan utama ekspor nonmigas masih dikuasai oleh Tiongkok, Amerika Serikat, dan India dengan total transaksi mencapai USD 73,63 miliar atau 41,82 persen dari keseluruhan ekspor nonmigas. Kenaikan plaing mencolok tercatat pada Swiss dengan lonjakan 181,73 persen, disusul Bangladesh 38,70 persen, Brasil 38,58 persen, Thailand 35,03 persen, dan Mesir 33,70 persen. Berdasarkan kawasan, ekspor ke Afrika Barat meningkat 74,31 persen, Asia Tengah 66,19 persen, dan Afrika Timur 47,56 persen.

Sementara itu, nilai impor Indonesia pada Agustus 2025 mencapai USD 19,47 miliar, menurun 5,35 persen dibanding Juli 2025 dan susut 6,56 persen dibanding Agustus 2024. Dari total tersebut, impor migas tercatat USD 2,73 miliar, sedangkan nonmigas mencapai USD 16,74 miliar.

Secara kumulatif, impor Indonesia periode Januari sampai Agustus 2025 menembus USD 155,99 miliar atau naik 2,05 persen dari tahun sebelumnya. Impor nonmigas tumbuh 4,85 persen menjadi USD 134,88 miliar. Struktur impor masih didominasi oleh bahan baku dan penolong dengan porsi 70,89 persen, diikuti barang modal 20,08 persen, serta barang konsumsi 9,03 persen.

Budi menuturkan bahwa kenaikan impor barang modal sebesar 17,94 persen dipicu oleh meningkatnya pembelian Central Processing Unit (CPU), mesin penyaring dan pemilah, perangkat navigasi kapal, alat portabel, serta alat berat. Di sisi lain, impor bahan baku turun 1,09 persen dan barang konsumsi menurun 2,85 persen.

Komoditas impor nonmigas yang mengalami peningkatan tertinggi secara kumulatif meliputi kakao dan olahannya (HS 18) yang naik 108,89 persen; kapal dan perahu (HS 89) yang meningkat 77,43 persen; serta garam, belerang, batu, dan semen (HS 25) yang menanjak 72,15 persen. Dari sisi negara asal, impor nonmigas didominasi Tiongkok, Jepang, dan Amerika Serikat dengan pangsa 52,78 persen. Kenaikan paling signifikan datang dari Ekuador sebesar 102,75 persen, Uni Emirat Arab 62,74 persen, serta Arab Saudi 28,03 persen.

Dengarkan
Pilih Suara
1x
* Mengubah pengaturan akan membuat artikel dibacakan ulang dari awal.
Posting Komentar